Dalam beberapa bulan terakhir, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi sorotan utama. Namun, yang lebih mengkhawatirkan, rupiah juga kalah telak terhadap mata uang regional seperti ringgit Malaysia (MYR) dan yen Jepang (JPY). Padahal, kedua negara ini juga menghadapi tekanan ekonomi global.
Lantas, mengapa rupiah justru lebih lemah dibandingkan ringgit dan yen? Apa dampaknya bagi ekonomi Indonesia? Simak analisis lengkapnya berikut ini.
Perbandingan Pelemahan Rupiah vs Ringgit & Yen
1. Rupiah vs Dolar AS: Tren Penurunan yang Konsisten
- Pada awal 2024, nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp15.500/USD.
- Mei 2024, rupiah melemah hingga Rp16.200/USD (terendah dalam 4 tahun terakhir).
- Pelemahan ini dipicu oleh tingginya suku bunga The Fed, ketidakpastian politik global, dan aliran modal asing keluar dari pasar emerging markets.
2. Rupiah vs Ringgit Malaysia: Kalah di Kawasan ASEAN
- Awal tahun, 1 MYR = Rp3.400, kini 1 MYR = Rp3.550.
- Meskipun ringgit juga melemah terhadap dolar, tetapi kinerjanya lebih baik daripada rupiah.
- Faktor pendukung ringgit: pemulihan ekonomi Malaysia pasca-pandemi lebih cepat, ekspor komoditas yang stabil, dan kebijakan Bank Negara Malaysia (BNM) yang lebih agresif.
3. Rupiah vs Yen Jepang: Melemah Meski Yen Juga Tertekan
- Yen Jepang sebenarnya sedang melemah akibat kebijakan suku bunga rendah Bank of Japan (BoJ).
- Namun, rupiah justru lebih lemah, dengan 1 JPY = Rp105 (awal tahun: 1 JPY = Rp95).
- Penyebab: Permintaan safe-haven yen tetap tinggi di tengah gejolak pasar, sementara rupiah dianggap lebih berisiko.
Penyebab Rupiah Lebih Lemah Dibandingkan Mata Uang Lain
1. Defisit Neraca Perdagangan
- Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan dalam beberapa bulan terakhir, mengurangi pasokan dolar.
- Sementara Malaysia dan Jepang masih menikangkan surplus perdagangan.
2. Ketergantungan pada Impor
- Indonesia masih bergantung pada impor BBM, makanan, dan barang modal, yang meningkatkan permintaan dolar.
- Malaysia memiliki cadangan minyak dan gas yang mendukung stabilitas mata uangnya.
3. Aliran Modal Asing Keluar (Capital Outflow)
- Investor asing lebih memilih pasar yang lebih stabil seperti Jepang (meski yen lemah) atau menarik dana dari emerging markets.
- Suku bunga tinggi The Fed membuat investor lebih memilih aset dollar.
4. Kebijakan Moneter yang Belum Optimal
- Bank Indonesia (BI) dianggap kurang agresif menaikkan suku bunga dibandingkan Bank Negara Malaysia atau The Fed.
- Yen, meski lemah, tetap dianggap safe-haven currency saat krisis.
Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Ekonomi Indonesia
- Inflasi Lebih Tinggi → Harga barang impor naik, termasuk BBM dan bahan pangan.
- Utang Luar Negeri Membengkak → Nilai utang pemerintah dan korporasi dalam dolar semakin berat.
- Daya Beli Masyarakat Menurun → Upah riil tergerus inflasi.
- Pasar Saham & Obligasi Tertekan → Investor asing mengurangi eksposur di Indonesia.
Apa yang Bisa Dilakukan untuk Menguatkan Rupiah?
- BI Perlu Intervensi Lebih Kuat: Baik melalui penjualan cadangan devisa atau kenaikan suku bunga.
- Meningkatkan Ekspor Non-Migas: Kurangi ketergantungan pada impor dengan memperkuat industri dalam negeri.
- Stabilkan Politik & Kebijakan Ekonomi: Ketidakpastian politik bisa memperburuk sentimen investor.
- Diversifikasi Mata Uang Transaksi: Gunakan yuan atau yen dalam transaksi perdagangan untuk mengurangi tekanan pada dolar.
Kesimpulan: Rupiah Butuh Dukungan Fundamental Kuat
Pelemahan rupiah tidak hanya terjadi terhadap dolar, tetapi juga terhadap mata uang regional seperti ringgit Malaysia dan yen Jepang. Hal ini menunjukkan kerentanan struktural ekonomi Indonesia dibandingkan negara-negara lain.
Jika tidak ada langkah signifikan dari pemerintah dan Bank Indonesia, risiko pelemahan lebih dalam tetap mengancam. Masyarakat dan pelaku usaha harus bersiap dengan strategi hedging dan efisiensi untuk menghadapi gejolak nilai tukar ini.