Sejak beberapa tahun terakhir, hubungan dagang dan teknologi antara Amerika Serikat dan China semakin memanas. Pembatasan ekspor teknologi chip canggih ke China oleh AS justru menjadi pemicu kebangkitan industri dalam negeri China. Alih-alih melemah, China mempercepat program substitusi impor dan memperkuat pengembangan teknologi chip buatan sendiri.
China digadang-gadang akan mendapatkan untung besar di tengah kebijakan perang dagang yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, terutama dalam sektor industri semikonduktor atau chip.
Pemerintahan AS di bawah Trump diketahui memberlakukan sejumlah syarat ekspor terhadap perusahaan teknologi seperti Nvidia dan Advanced Micro Devices (AMD) ke China. Namun demikian, tekanan tersebut justru akan menguntungkan Tiongkok.
Sejumlah pakar memproyeksikan bahwa China justru akan berinovasi karena kesulitan mendapatkan pasokan chip dari AS. Hal ini akan membuat perkembangan teknologi chip di negeri tirai bambu melesat pesat.
Meski China masih tertinggal dalam teknologi litografi ekstrem (EUV) dan beberapa komponen penting lainnya, langkah-langkah strategisnya menunjukkan tren jangka panjang yang positif. Ketekunan dalam mengatasi hambatan dan membangun mandiri menjadi kunci utama.
Nvidia mengembangkan chip H20 khusus untuk pasar China. Chip itu mempunyai kemampuan mendukung pengembangan kecerdasan buatan (AI).
Mereka mengoptimalkan performa chip tersebut dengan menyesuaikan aturan ekspor sebelumnya. Namun, aturan baru Trump menjadi halangan untuk produk itu. Sementara, GPU MI308 dari AMD didesain untuk aplikasi performa tinggi, seperti gim hingga AI.